CINTAKU DIBAGI DUA
Tokoh:
- Hendra =
- Ibu =
- Shinta =
- Andy/Rama =
- Aldo =
- Rudy =
- Riza =
- Ibu Mirna =
Suara denting gitar mengalun merdu menerobos relung relung ventilasi jendela masuk ke telinga seorang gadis yang sedang belajar sendirian di ruang belajar.
Sembari bangkit dari duduk gadis itu menelengkan telinganya membuka gorden jendela dan mengintip ke luar rumah. Suara gitar itu semakin keras terdengar.
Shinta : “ wou…! Siapa sih yang bermain gitar di malam hari gini…?” ( membuka daun Jendela) “ Merdu kali lagu itu, hem… nampaknya orang itu sedang kasmaran. Nah…, di rumah pak Joko…. Perasaanku di rumah itu kagak ada cowok. Siapa ya…? Besuk akan ku selidiki”.
Tiba-tiba terdenagar suara ketukan pintu kamar.
Ibu : “ Shinta…, shinta…” (masuk ke kamar belajar)
Shinta : “ ah… Mama, bikin Shinta jantungan….” (meninggalkan jendela dan mendekati ibunya)
Ibu : “ Lagian kamu ini ngapain… ngintip-ngintip jendela segala.”
Shinta : “ Ma, … mama dengar kagak…?”
Ibu : : dengar apa…? Mama kagak dengar apa-apa!”
(Suara gitar tidak terdengar lagi)
Shinta : “ benar, Ma… tadi aku mendengar suara gitar dari rumah Pak Joko.”
Ibu : “ Ya, mungkin si Riza kali.... yang bermain gitar.”
Shinta : “ Nggak, Ma…, yang kudengar tadi suara laki-laki…” (menyusun buku di atas meja belajar)
Ibu : “ Aduh…, Shinta- Shinta…, kamu ini sedang ngigau . Om Joko itu kan tidak punya anak laki-laki. Sudah.., jangan kebanyakan melamun ntar kemasukan setan…! Lebih baik kamu tidur agar besuk tidak kesiangan.” (Meninggalkan ruangan)
Shinta : “ Malam, Ma….!”
Ibu : “ Malam…”
Babak 2
Malam pun bertambah larut namun mata Shinta tak bisa dipejamkan. Ia penasaran dengan suara gitar yang dipetik oleh seseorang dari rumah tetangganya.
Malam pun berganti pagi. Shinta sudah siap mandi dan ibu dan bapaknya sudah menunggu di ruang makan untuk sarapan pagi.
Ibu :” Pa…, Nampaknya ada yang aneh dengan anak kita deh…” (menuangkan kopi ke cangkir Bapak)
Bapak : “ biasalah, Ma, Aldo kan sukanya gitu…” (minum)
Ibu : “ Maksud mama, Shinta…”
Bapak : (berhenti minum, memandang mamameletakan cangkir) “ Shinta…? Emang kenapa dengan Shinta, Ma?”
Ibu :” Tadi malam, Mama memergoki Shinta sedang ngintip tetangga sebelah. Shinta seolah-olah mendengar petikan gitar dari rumah Om Joko. Dan ia mendengar suara laki-laki bernyanyi.”
Bapak : “ Ah, masa…?
Ibu :” Benar Pa, dan yang membuat mama heran, ia kelihatan gelisah…”
Aldo “Pagi Ma, Pa…! (menggendong tas sekolah dan duduk di samping Papanya)
Bapak/Ibu : “Pagi…” (keduanya menengok kearah pintu kamar Shinta)
Ibu :” Al, mana Shinta…? Kok belum keluar? Shinta…, Shinta…!”
Shinta : “ Ya, Ma..” (Menyahut dari dalam kamar)
Ibu : “ Sudah siang ini… kakakmu sudah sarapan, nih”
Shinta :” Ya, ma sebentar…,( muncul dari kamar dan menuju meja makan.”
Bapak :” Kenapa wajahmu kusut, Shinta? Kurang tidur ya? Ayo sini cepat sarapan.!”
Shinta :” Ya, Pa, Shinta sarapan di sekolah aja. Ntar terlambat…!”
Mama :” Eh, tunggu dulu… kamu belum jawab pertanyaan Papa!”
Shinta : “Yang mana, ya…?”
Mama :” Apa kamu kurang tidur?”
Shinta :” Ya…, Shinta tadi malam ngerjakan PR.”
Aldo :” Bohong, Pa… gak biasanya Shinta ngerjakan PR sampai larut malam. Ia sering minta bantu Aldo tuk kerjakan PR nya.”
Shinta : “Ah, kakak…, kan sekali-kali Shinta ingin kerja sendiri.”
Aldo :” Bagus, tu tapi lu tadi malam pasti gak tidur bukan karena ngerjakan PR kan?”
Shinta : “ lantas apa?”
Aldo : “lu pasti denger lagu kesangannmu yang dinyanyikan dari seberang rumah? And lu ade rasa ama yang ndendangkan, ha..ha…”
Shinta :” Ih…, kakak ngledek ya…!” (memukul pundak Aldo dan aldo pun bangkit sambil berjalan keliling meja makan sambil menjulurkan lidah meledek adiknya)
Ibu : “ sudah-sudah…! Jangan seperti anak kecil! Buruan habiskan sarapannya, Aldo!”
Aldo : “ ya, ma…, habis nenek lampir nih… main pukul aja.” (duduk dan minum)
Shinta :” Pa, Ma, Shinta pergi duluan.” (Bersalaman) “ Asalamu’alaikum”
Ibu/Bpk : “ Wa’alaikum salam…”
Bapak :” do, susul adikmu! Ntar dia gak ada temennya!”
Aldo :” Ya, pa, Ma, tapi nanti Aldo pulang terlambat ada acara di rumah teman.”
Mama :”terus Shinta pulang dengan siapa nanti?”
Aldo :” Biar nanti di Jemput Mang Kohar!”
Bapak :” Baiklah nanti Mang kohar sebelum jemput Papa ke kantor biar jemput Shinta. Tapi lu jangan khianati kepercayan Papa Mama.”
Aldo :” Percayalah, pa…. sudah ya pa, Ma, Aldo berangkat” (mencium tangan) Asalamu’alaikum”
Bapak/Ibu :” Wa’alaikum salam”
Babak 3
Di halaman sekolah tampak siswa SMA N 2 Tebo sedang bertebaran karena waktu istirahat terahir sedang berlangsung. Ada yang ke kantin, ada juga yang sedang ngobrol di bawah batang palam pinggir lapangan basket.
Shinta :”Benar, Riz…, yang bermain gitar itu kakak sepupumu?”
Riza :” Kalau gak percaya, nati kukenalkan. Ia juga sekolah di tempat kita ini. Ini hari pertamanya sekolah. Emang ada apa?”
Shinta :”ah, enggak, hanya saya sepertinya mengenali suara itu.”
Riza :” Nah…, itu dia…! Kak Andi…sini sebentar!” (Andi datang dengan senyum terkulum di bibir.)
Andy :” Ada Apa? Kakak belum kenal dengan lingkungan ini, Riz..”
Riza : “ Ini saya kenalkan dengan temanku, Shinta namannya..”
Shinta : (aduh ganteng kali cowok ini, tapi kayaknya aku pernah melihatnya, tapi kapan dan dimana, ya)
Riza : “Shinta… kok bengong… ini kakak sepupuku yang bernyanyi tadi malam…”+
Andy :” Andy” (mengulurkan tangan dan berjabatan tangan. Matanya tak berkedip menatap mata Shinta. Begitu juga dengan sinta, namun akhirnya sinta menunduk)
Shinta :” Sh…Shinta” (gugup, dan tak melepaskan jabatannya)
Riza :” Eh…, sudah.. jabatan tangannya ntar lengket..”
(shinta dan Andy sama sama melepaskan jabatan tangannya seraya tersipu malu)
Riza : “ Shinta ini,tinggalnya di samping rumah kita. Ia juga punya kakak laki-laki bernama Aldo.”
Andy : “Oh, Ya.”
Riza :” Shin, saya ada perlu ke ruang OSIS, lu temeni Kak Andy, ia kan belumkenal lingkungan sekolah. Tolong ajak jalan. Jalan, ya…”
Shinta : “Tapi…” (Riza sudah berlalu)
Andy :” Shinta, …kendati kamu sudah berubah, tapi aku takkan lupa dengan tahi lalat yang ada di atas bibir mungilmu. Bukankah kamu… anak om Hendra…?”
Shinta : (tercengang, bingung) “Ya, kok kamu tahu…?”
Andy :” Bukankah waktu kecil kamu takut dengan ulat?”
Shinta :”Tunggu,.. kenapa kamu tahu.., apa…kamu…”
Andy :” ya…, aku Rama…!”
Shinta :”Tapi,…bukankah…Rama sudah…mening…”
Andy : “ Meninggal maksudmu kan, tidak shinta, aku masih hidup…” aku selamat dari kobaran api itu.”
Shinta :”Tidak mungkin…, aku menyaksikan sendiri mayat Rama terbakar hingga tak dikenali lagi.” (berdiri memandangi dari ujung kaki hingga ujung rambut)
Andy : Itu bukan mayatku, tapi mayat pembantuku. Dan aku saat itu diselamatkan oleh seseorang yang tak kukenal…”
Shinta :”Andy, itu tipuan kuno, kamu ingin menarik perhtianku dengan berlagak sok dekat.”
Andy :”Shinta,…lihatlah aku” (memegang kedua pundak Shinta tuk menatapnya)
Shinta :”An, apa-apan ini…! (menepiskan kedua tangan Andy, namun pegangan Andy semakin kuat)
Rudy :” hai… siapa kau bernai-berani memegang Shinta dengan kasar?” (Tiba-tiba Rudy muncul dan kelihatan marah)
Andy memandang sejenak namun tak melepaskan peganganya pada pundak Shinta.
Rudy :” Lepaskan kataku…” Plaak, (Rudy menampar Andy sampai berdarah. )
Shinta :”Sudah..Rud?...apa-apaan sih, kamu ini…? Main tampar aja.!” (shinta memegangi Rudy )
Rudy :”Awas lu, ya… murid baru sudah mau macam-macam! Lain kali kuhajar Lu!” (Mundur karena ditarik Shinta)
Andy :”Shinta…aku Rama, Shinta…! Uh…” (menyeka mulutnya yang berdarah) “Shinta… tiga tahun aku mencarimu, tapi setelah bertemu kau tidak mengenaliku. Mengapa nasipku selalu sial…,” (duduk menghempaskan pingulnya ke kursi panjang yang ada di pinggir lapangan. “Tidak…, aku tidak boleh putus asa…”
Riza :’ Ada apa kak…? Kenapa bibir kakak berdarah…?
Andy :”Ah, tidak apa-apa… (berusaha tersenyum) Tadi aku terpeleset kejedut kursi ini….” (menunjuk kursi panjang)
Riza :”ah, masa sih bisa terpeleset,… kemana Shinta, kok kakak ditinggal sendirian.”
Andy :”Tadi katanya ada keperluan menemui kakaknya.”
Riza : “ Kenapa kakak gak ikut…”
Andy :”Riza…Riza, masa mau bertemu dengan kakaknya harus ku ikuti… kalau ada pembicaraan pribadi bagaimana, lagian ia tidak mengajakku..”
Riza :”Kakak gak bohongkan?” (ragu)
Andy :” Suer…! (Mengacungkan dua jarinya) “Wah, sudah lonceng masuk tu, nati kakak terlambat. Malu dong murid baru sudah terlambat.” (berjalan menuju local masing-masing)
Babak 4
Merekapun masuk kelas masing-masing. Berbagai pikiran berkecamuk di hati mereka masing-masing.Andy memikirkan shinta, sedangkan shinta memikirkan kelakuan Andy yang mengaku Rama kekasihnya sewaktu SMP dulu. Beda halnya dengan Rudy yang masih merasa gemas atas kelakuan Andy yang memegang pundak Shinta dengan kasar, dan Riza merasa heran terhadap kakak sepupunya yang berdarah bibirnya. Pikiran-pikiran itu berkecamuk dalam sanubarinya masing-masing hingga jam pulang.
Sementara itu di kediaman Pak joko Ibu Mirna sedang menunggu anak dan keponakannya yang belum pulang juaga.
Ibu Mirna :” Kemana anak ini sudah jam dua kok belum sampai…! Jangan-jangan Andy salah jalan. Tapi… kan bersama riza…” (mondar-mandir, sesekali melongok ke arah pintu gerbang) “ Bi minah pulang kampong lagi…, Mas Joko juga belum balik…”
Andy : “ Asalamu’alaikum, Bibi…” (Andy masuk diring oleh Riza)
Ibu Mirna : “ Wa’alikum salam…, kok baru sampai Rama eh Andy…?”
Andy :” Maafkan Rama, kanjeng Bibi. Tadi ban motor Rama bocor.”
Ibu Mirna :” oh, yow is…, sana ganti dulu trus makan…”
Andy :” injih, Bibi…” (masuk)
Riza :”Bu,.. ada yang aneh dengan kak Andy…!”
Ibu Mirna :”Aneh apanya to…,la wong biasa-biasa saja gitu kok…”
Riza :” Ibu perhatikan bibir kak Andy….”
Ibu Mirna : “Bibirnya kenapa…bibirnya kan masih ditempatnya to…”
Riza :” Ih, ibu.. Riza serius , Bu…”
Ibu Mirna : “ Lha maksudmu itu apa?”
Riza :” tadi di sekolah, kak Andy saya kenalkan dengan Shinta anak om hendra tetangga samping rumah itu, bu…”
Ibu Mirna :” Lho, bagus itu…, kenalan dengan teman sekolah apa lagi tetangga sebelahan. Gitu kok aneh…”
Riza :” Bu, dengar dulu…, Riza kan belum selesai cerita….”
Ibu Mirna :” Yo, teruskan…”
Riza :” sewaktu mereka berdua saya tinggalkan ntah apa yang terjadi… tahu-tahu aku datang ke tempat dimana mereka berduaan tadi, bibir kak Andy berdarah. Lalu ku tannya ia menjawab jatuh terpeleset…”
Ibu Mirna :”Lho, kalau kakakmu aja menjawab gitu…, ya udah… kenapa kamu ributi…!”
Riza : “ Tapi Riza menangkap pandangan mata kak Andy bohong. Pasti ada yang disembunyikan…,Bu”
Ibu Mirna :” Walah…Riz, Riz… kamu ini kok kayak peramal aja. Kamu gak boleh berprasangka buruk. Andy itu anak yang baik. Gak pernah berbohong.”
Riza :” Riza kan tidak mengatakan kak Andy itu berkelakuanburuk, Bu…”
Ibu Mirna :” ya, udah nanti biar ibu yang nanya ke kakakmu itu. Sana ganti pakaian dan makan.”
(Riza masuk, Andy keluar)
Ibu Mirna :” Lho, sudah makan belum kok sudah keluar…?
Andy :”Sudah, Bi.” (duduk sambil memegang gitar.)
Ibu Mirna :” Andy eh Rama…”
Andy :” Bibi lebih baik panggil Rama saja.”
Ibu Mirna :” Bibi mau Tanya, tolong jawab dengan jujur…”
Andy :” Ya, Bi. Ada apa?”
Ibu Mirna :” Apa ada masalah tadi di sekolah? Kamu kan baru masuk hari pertama tentu banyak masalah…”
Andy :” Ya, ada sih, Bi. Tapi tidak begitu besar kok. Biasalah bi. Saya kan dari Jawa. Adat dan istiadat di Tebo ini tidak sama dengan di Solo. Rama perlu banyak belajar.”
Ibu Mirna :” Benar… Tidak ada masalah?”
Andy :” Percayalah, Bi. Rama bias mengatasinya.”
Ibu Mirna :” Sukurlah kalau begitu.” Kamu harus bisa menjaga diri. Ingat kata eyangmu dulu. Kamu harus bisa lembah manah andap asor ing sasomo.”
Andy :” Insya Allah, Bi. Rama tidak akan melupakannya.”
Ibu Mirna :” Ya, udah, bibi mau ke belakang lihat adikmu.”
Andy :” Monggo, Bibi.”
(Mirna masuk, Andy alias Rama ke teras rumah dan mendendangkan lagu kesayangannya “My heart”.)
Suara merdunya mengalun merdu senada dengan petikan gitar. Jari-jarinya lincah membelai gitar kesayangannya. Buaian lagu itu ternyata menggerakkan gais cantik yang berada di sebelah rumahnya. Shinta bergerak perlahan namun pasti menghampiri Andy.
Shinta :” Wow indah sekali alunan gitarmu dan merdu sekali suaramu, An!’ (tepuk tangan pelan-pelan)
Andy :” oh…, Shinta” (Serta merta berhenti main gitar) “ Sudah lama?”
Shinta :”Belum..’ (menggeleng) baru saja. Aku kemari karena mendengar lagu yang kau dendangkan tadi.”
Andy :” Oh, ya.. memang kenapa dengan lagu itu?
Shinta :” Boleh gak duduk?”
Andy :” Oh…, maaf… silahkan duduk…” ( menyodorkan kursi)
Shinta :” An, maafkan kejadian tadi siang…,”
Andy :”Oh…, tidak apa-apa… kalau hanya dipukul dengan tangan itu tidak sakit, lebih sakit kalau hati yang terpukul shinta.”
Shinta :” An, kamu memang banyak kemiripan dengan Rama, kamu juga suka mendendangkan lagu My Heart, wajahmu juga seperti Rama. Tapi yang tidak habis piker kenapa kamu juga tahu akan sifat-sifatku waktu anak-anak”
Andy :’ Shinta… jangan kau bohongi hati Nuranimu… hati nurani itu lebih baik dari pada logika….”
Shinta :” Apa Maksudmu?”
Andy :” Aku adalah ram…”
Shinta :” Cukup… aku sduah dengar itu tadi siang. Jangan kau ingatkan lagi aku denga Dia….aku sudah berusaha melupakan dia…” (berkaca-kaca)
Andy :”Kenapa kau berusaha melupakan dia… shinta… bukankah Rama sejak kelas 3 SMP mencintaimu…. Kenapa Shinta”
Shinta :” Karena dia sudah mati…An.” (menangis)
Andy : (mendekat memeluk Shinta. Shinta menangis di dadanya) “ Shinta… dia belum mati.?”
Shinta :” tidak… dia sudah mati, aku melihat jenazahnya…”
Andy :” Shinta…, apa kau tidak merasakan detak jantung rama… apakah kau tidak merasakan pelukan Rama…” (Shinta berhenti menangis dan mejamkan matanya.)
Shinta :” Ya, An aku merasakan detak jantung Rama, aku merasakan pelukan Rama., apakah aku bermimpi An?”
Andy :” Nah, Buka matamu… kau tidak bermimpi. Akulah rama.”
Shinta : (melepaskan pelukan) “ Benarkah kau ini Rama…An?” (menatap sekujur tubuh Andy)
Andy :” Kalau kamu belum percaya. Lihat…!” (membuka baju. ) luka di perutku ini kuperoleh ketika kita jatuh dari tebing di Tawang Mangu ketika kita study Tour dulu.”
Shinta :”Oh…, Rama…” (memeluk lagi) kenapa kau hadir di tempat dan waktu yang salah…”
Andy : (mendorong pelan tubuh Shinta) “apa maksudmu shinta…?”
Shinta : “Hatiku telah terisi pria lain, Rama…”
Andy : “Apa…?” (tersentak, dan melepaskan pelukan dan tegak) “Begitu cepatnya kau melupakanku, shinta…”
Shinta :”Maafkan aku… Rama…, aku kira kau telah meninggal. Selama dua tahun aku bersedih karena kehilanganmu, satu tahun kemudian aku mulai membuka diri untuk laki-laki lain.”
Andy :’ Cukup…cukup Shinta… jangan kau lanjutkan. Hatiku tak kuasa lagi ntuk mendengarnya…tolong… tinggalkan aku Shinta….”(membelakangi)
Shinta :” Rama…, aku…aku…” (mendekat hendak memegang pundak Andy tapi andi keburu membalikan badan)
Andy :” Aku mengerti shinta… tapi tolong tinggalkan aku sendirian…”
Rupanya adegan tadi disaksikan oleh Aldo kakak Shinta. Aldo terpaku tak bergerak dari tempatnya mendengar dan melihat kenyataan di depan matanya.)
Aldo :” Shinta… lebih baik kamu pulang…!”
Shinta :”Ah… kak aldo” (menyeka air matanya) “Ada apa kak?” (gugup)
Aldo :” Sudah tidak usah gugup. Kakak sudah tahu semuanya. Besuk kita bicara lagi dengan Rama. Papa dan Mama mencarimu.” (mereka berlalu tanpa suara)
Sementara itu diperjalanan Aldo dan Shinta terlibat perbincangan.
Shinta :” Kak, kakak tadi tahu apa yang terjadi.?”
Aldo :” Semuannya tak ada yang terlewatkan. Sampai-sampai aku memukul kepalaku sendiri untuk mengetahui mimpi atau tidak. Ternyata tidak bermimpi. Andy tadi memang ternyata Rama. Walaupun sekarang kelihatan tinggi dan beramput agak panjang. Tapi kakak takkan lupa cara ia berbicara.”
Shinta :” Terus apa yang harus aku perbuat, Kak?”
Aldo :” Kakak tidak bias memberi keputusan, itu semua tergantung padamu.”
Shinta :” Kalau Rudi tahu tentang hal ini, apa dia tidak akan naik pitam dan bias menghajar Rama.”
Aldo :”akan lebih bahaya lagi kalau nanti dia tahu dari orang lain. Rudy itu mudah kecil hati terhadap wanita. Tapi dia adalah anak yang baik.”
Shinta :” Kalau nanti dia menghajar Rama, gimana? Rama itu memang tidak pernah membalas kalau gak terpaksa. Tapi kalau sempat terdesak dia bias berbahaya, karena ia ahli bela diri. Aku tak mau keduanya terluka.”
Aldo :” shinta…,kakak tahu perasaanmu. Tapi kamu harus memilih salah satu diantaranya.”
Shinta :” Aku tidak bias memilih kak, kedua-duanya orang yang baik. Rama adalah cinta pertamaku. Ia penuh pengertian dan mengalah. Sedangkan Rudy orang yang selalu mendorongku dan membangkitkan semangatku. Cintaku terbagi dua, kak.”
Aldo :” Pikirkan masak-masak, shinta. Dan masalah ini jangan sampai Papa dan Mama tahu. Ntar mereka bias murka.”
Shinta :”Baik Kak…” (mereka berdua sudah sampai di rumah dan masuk)
Demikianlah cinta shinta terbagi dua antara Rama dan Rudy. Shinta belum dapat memilih salah satu di antara mereka. Nah… bagaimana kelanjutan ceritanya, apakah Shinta akan memilih Rama ataukah Rudy? Selamat mengikuti Babak selanjutnya. Sampai jumpa pada waktu dan kesempatan yang sama.
BERSAMBUNG KE BABAK 5